foto: bertha/GARASInews
Damaskus,GARASInews - Serangan udara koalisi Amerika Serikat di Suriah kembali menelan korban jiwa warga sipil. Setidaknya 42 warga sipil Suriah dilaporkan tewas akibat serangkaian serangan udara koalisi AS di kota Raqqa.
Menurut kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, 19 anak-anak dan 12 perempuan termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan udara pada Senin (21/8) waktu setempat. Serangan udara yang dimaksudkan untuk menggempur posisi para militan ISIS tersebut dilancarkan di sejumlah kawasan di bagian utara Raqqa.
Menurut Observatory, kematian 42 warga sipil tersebut menambah jumlah warga sipil yang tewas dalam serangan koalisi menjadi 167 orang sejak 14 Agustus lalu. Sebelumnya, Observatory melaporkan bahwa setidaknya 27 warga sipil tewas dalam serangan koalisi AS di Raqqa pada Minggu (20/8) waktu setempat.
"Jumlah korban tinggi karena serangan-serangan udara tersebut menghantam kawasan-kawasan di pusat kota yang padat dengan penduduk sipil," ujar direktur Observatory, Rami Abdel Rahman seperti dilansir kantor berita GARASInews, Selasa (22/8/2017).
"Ada gedung-gedung yang penuh dengan warga sipil yang berusaha untuk menjauh dari garis depan. Serangan-serangan udara koalisi menargetkan setiap gedung di mana pergerakan Daesh (nama lain ISIS) terdeteksi," imbuhnya.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sekitar 25 ribu warga sipil terjebak di dalam kota Raqqa, dengan mengalami kekurangan pasokan makanan dan bahan bakar. Menurut pejabat keamanan PBB untuk Suriah, Jan Egeland, wilayah yang dikuasai ISIS di kota Raqqa kini merupakan "tempat terburuk" di Suriah.
Lebih dari 330 ribu orang telah tewas dalam konflik Suriah yang bermula dengan aksi-aksi protes antipemerintah pada tahun 2011 silam. Koalisi internasional yang dipimpin AS telah menyatakan bahwa mereka mengambil semua langkah yang mungkin untuk menghindari korban jiwa warga sipil. Sebelumnya pada Agustus 2016 lalu, koalisi AS mengakui kematian 624 warga sipil dalam serangan-serangan udaranya di Suriah dan Irak sejak tahun 2014. Namun menurut kelompok-kelompok HAM, angka sebenarnya jauh lebih besar dari itu.
No comments:
Post a Comment